Diposkan pada Artikel Fisika

Quantum Puasa (Bulan Penuh Energi)

“Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, energi hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya” demikian bunyi hukum kekekalan energi yang dirumuskan oleh James Prescott Joule, seorang ahli fisika Inggris yang namanya diabadikan menjadi satuan energi .

Menurut Joule, hukum ini berlaku untuk semua energi bahkan seluruh aspek termasuk aspek kehidupan manusia. Aktivitas yang kita lakukan setiap hari merupakan perubahan energi dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Contohnya, saat kita makan, kita mengubah energi kimia dari makanan menjadi energi yang kita gunakan untuk bergerak dan berpikir. Energi tersebut tidak akan berubah saat kita diam.

Puasa Ramadhan adalah momentum untuk menghayati hakikat kekekalan energi. Bahwa kekuasaan Allah SWT meliputi segala sesuatu termasuk diri sendiri. Kekekalan ini terasa ketika tidak makan dan minum, serta menahan hawa nafsu maka yang terjadi adalah kun fayakun, energi ilahi yang luar biasa dahsyat akan mengalir dalam diri kita.

Kita kuat sesungguhnya bukan karena energi dari makanan dan minuman, melainkan karena La Haula Wa La Quwwata Ila Bil-Lah (tiada daya dan upaya melainkan dengan bantuan Allah). Ungkapan tauhid ini mengandungi rahasia bahwa Tuhanlah yang Memiliki Semua Energi di alam semesta ini. Tiada satu pun energi kecuali berada di dalam kekekalan energi-Nya yang abadi yaitu Energi Ilahi. Hakikat energi yang berasal dari makanan dan minuman itu sebenarnya hanya energi yang bisa terjadi atas perkenaan-Nya semata.

Charlotte Shelton (1998 : 1) menjelaskan tentang pengertian Quantum. Dalam buku tersebut dituliskan sebagai berikut :

“The word quantum literally means “a quantity of something”, mechanics refers to “the study of motion”. Quantum mechanic is, therefore, the study of sub atomic particles in motion. It is however, erroneous to think of these subatomic particle as quantities of “something”. Subatomic particles are not material things, rather, they are probability tendencies-energy with potentiality. The energy, as the term mechanics implies, is never static. It is always in continous motion, uncceasingly changing from wave to particle and particle to wave, forming the atoms and molecules that subsequently create a material world. It is really quite amazing that those seemingly stable and stationary things we observe in the material world ore composed solely of energy”.

Definisi Quantum, menurut Stephen Hawking, ahli fisika adalah suatu unit terkecil yang gelombangnya bisa memancarkan atau menyerap energi. Sedangkan menurut Ary Nilandari (2005:5), Quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Dengan mengambil persamaan Einstein tentang energi, yakni E = m.c2, E adalah energi (baca: potensi dalam diri manusia), m adalah materi (baca: fisik manusia) dan c adalah suatu konstanta (baca: pelipat ganda) yang besarnya 3 x 108 (m/s), maka setiap diri manusia memiliki suatu potensi dalam diri untuk dilipatgandakan menjadi suatu energi yang dahsyat (baca: kekuatan) untuk meraih sesuatu yang diinginkannya. Untuk itu, diperlukan suatu keyakinan untuk “mengkuantumkan” diri (baca: membangkitkan) potensi yang ada dalam diri.

Teori kuantum telah membuktikan bahwa pada tataran mikrokospis, semua materi adalah energi. Tubuh kita yang secara kasat mata kita lihat sebagai benda padat, sesungguhnya tidaklah padat, melainkan “ruang hampa” yang memiliki getaran energi yang tidak henti-hentinya. Seluruh aktivitas yang dilakukan dengan ikhlas di bulan puasa akan mengubah energi lahiriah menjadi energi ilmiah.

Di dalam QS An Nur 35 menjelaskan :

“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Kenapa Allah SWT mengidentifikasikan diri-Nya dengan perumpamaan Cahaya Maha Cahaya ? Jawabannya adalah cahaya tidak pernah kehabisan energi.

Ada anggapan sementara kaum ilmuwan di dalam Teori Einstein bahwa cahaya akan kehilangan energinya ketika meninggalkan medan gravitasi yaitu dengan bergeser warnanya ke arah warna merah dengan panjang gelombang yang lebih panjang. Yang dimaksud kehilangan energinya adalah bukan dalam artian benar-benar hilang, tetapi energinya berkurang dengan mentransferkan energinya menjadi bentuk yang lain.

Cahaya ketika meninggalkan gravitasi (meninggalkan bumi) akan dibelokan dan terurai karena adanya perbedaan tekanan udara, seperti halnya cahaya ketika dilewatkan pada sebuah prisma. Disini tidak ada energi yang hilang.

Di dalam fisika, cahaya atau gelombang elektromagnetik adalah sebuah panjang gelombang tertentu yang dipancarkan dari sumber dengan gravitasi yang lebih kuat, yang terpancar menuju area dengan gravitasi yang lebih rendah. Pengamat akan melihat bahwa panjang gelombang yang diterimanya akan menjadi lebih besar (frekuensi lebih rendah, energi lebih rendah), itu yang disebut fenomena gravitational redshift. Dalam kondisi seperti ini (dalam orde cahaya) harus dijelaskan menggunakan hukum relativitas, dan tidak bisa menggunakan fisika klasik.

Fenomena ini mirip dengan ketika ada dua orang, yang satu tinggal di bumi dan satunya naik pesawat dengan kecepatan yang mendekati cahaya. Kedua orang tersebut mengukur panjang sebuah benda yang diam di bumi. Hasil pengukuran mereka ternyata berbeda. Ini tidak bisa dipahami dengan fisika klasik tapi bisa dipahami menggunakan hukum relativitas.

Pada gravitational redshift tidak ada energi yang hilang, hanya ada perbedaan pengamatan akibat beda tempat, perbedaan tersebut harus dilihat secara relativistik (menggunakan hukum relativitas) jadi tidak ada yang hilang dan tidak ada yang aneh.

Hukum relativitas tidak pernah mengatakan bahwa kita bisa mundur ke masa lampau, itu hanya terjadi pada film fiksi saja. Tetapi menurut hukum relativitas bahwa waktu memang bisa terasa lama tergantung dari posisi pengamatnya. Fenomenanya bisa diamati salah satunya yaitu ketika foton dari cahaya matahari bergerak menuju bumi, waktu menjadi relatif bagi si foton.

Masih di dalam fisika bahwa semua partikel (apapun itu jenisnya) tidak bisa bergerak dengan kecepatan melewati 3 x 108 m/s (kecepatan cahaya). Mungkin itu sudah dibatasi oleh yang menciptakan alam ini. Kalau ada partikel yang mampu bergerak dengan kecepatan melampaui kecepatan cahaya persamaan relativitas menjadi tidak terdefinisikan. Jika kita naik pesawat dengan kecepatan 0.75 C relatif terhadap bumi, kemudian kita menembakan peluru pada arah yang sama dengan pesawat dengan kecepatan 0.75 C relatif terhadap pesawat, maka kecepatan peluru terhadap bumi tidak menjadi 1,5 C.

Ramadhan sebagai bulan penuh energi karena memiliki banyak kelebihan dan hikmah yang besar bagi manusia baik secara lahiriah maupun bathiniah. Ibadah di bulan puasa dilipat-gandakan oleh Allah sehingga memungkinkn manusia untuk menambah potensi energi spiritual-relegiusnya yang mengakibatkan pacaran gelombang elektromagnetik dari diri (tubuh) manusia akan semakin kuat. Gelombang elektromagnetik tersebut adalah bentuk hasil dari meditasi yang dilakukan selama ibadah di bulan puasa.

Allah SWT telah menyediakan fasilitas yang banyak di bulan ramadhan agar manusia berlomba-lomba mendapatkan kekuatan atau energi yang optimal karena semua kehidupan adalah energi. Tubuh manusia secara fisik adalah materi, sebagai hamba, tujuannya adalah untuk meraih sebanyak mungkin cahaya, interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya. Energi Ilahi sebagaimana tercermin dalam energi dalam hukum fisika, akan kekal abadi sepanjang masa dan kita akan bisa mendapatkannya kapanpun kita inginkan asal punya niat dan kemauan. Wallahu A’lam…

Sumber : Dari berbagai sumber