How can they do ?
Kesetimbangan
Oleh :
Belka Andromeda
F03111047
Banyak kasus yang terjadi dalam kehidupan tanpa kita sadari berhubung langsung dengan ilmu fisika . Hal-hal aneh yang terjadi di kehidupan, sering menimbulkan banyak asumsi adanya ilmu ghaib. Namun, jika kita tinjau kembali dengan konsep fisika, hal aneh tersebut menjadi masuk akal. Sesuatu yang dianggap sebuah kemustahilan pun dapat dijelaskan secara logis oleh konsep fisika.
Salah satu contoh yang saya kutip pada sebuah situs di internet (www.farhan-bjm.web.id), seorang pria tua bernama Li Xin yang digelari kepala besi melakukan aksi berbalik badan dan menumpukan kepalanya di atas paku.
. Hal ini sangat menakjubkan bagi para penonton. Banyak orang-orang berasumsi bahwa Li Xin pria berusia 47 tahun ini, memiliki ilmu ghaib yang didapat dari nenek moyangnya atau makhluk tertentu sehingga ia dapat melakukan hal aneh tersebut. Bayangkan saja selama 10 detik paku tajam tersebut bertahan menahan dan menjadi tumpuan tubuhnya yang memiliki berat 66 kilogram.
Seperti halnya aksi akrobat-akrobat pada umumnya apa yang dilakukan Li Xin bukanlah manipulasi tapi benar-benar karena kepiawaiannya dalam mengatur keseimbangan dikombinasikan dengan ilmu meringankan tubuh tingkat tingginya hingga tajamnya paku tersebut tidak melukai kepalanya yang plontos.
Didalam ilmu fisika, kita juga mempelajari tentang kesetimbangan.
Apa yang dilakukan para akrobat dan Li Xin diatas, tidak dapat kita katakan karena ia memiliki ilmu ghaib dan lain sebagainya, tapi karena kemampuannya dalam menerapkan ilmu fisika yaitu kesetimbangan dan titik berat. Namun, sudah pasti hal ini tidak dapat dilakukan dengan mudah melainkan juga di iringi dengan latihan yang rutin dan keras serta perlu kekuatan dan kemampuan olah tubuh yang baik.
Kesetimbangan adalah keadaan dimana benda dalam keadaan diam atau pusat massanya bergerak dengan kecepatan tetap. Syarat suatu kesetimbangan terjadi ialah gaya eksternal dan torsi eksternal yang bekerja pada benda tersebut harus nol(www.scrib.com).
Menentukan suatu kesetimbangan erat kaitannya dengan titik berat/pusat berat benda. Pusat berat adalah titik di mana berat total sebuah benda bekerja sehingga torsi yang dihasilkannya terhadap sembarang titik sama dengan torsi yang dihasilkan oleh berat masing-masing partikel yang membentuk benda tersebut ( Tipler, 1991). Kita dapat befikir tentang pusat berat sebuah benda sebagai titik yang terhadapnya gaya-gaya yang bekerja pada semua partikel benda itu menghasilkan torsi nol.
Konsep ini juga yang digunakan oleh para akrobat dalam melakukan aksinya yaitu titik berat. Ide pada permainan akrobat adalah bagaimana mengatur titik berat mereka sehingga mencapai suatu kesetimbangan. Seperti contoh berikut,
Ide pemain akrobat disamping ialah bagaimana mengatur titik berat gabungan mereka segaris dengan titik tumpu pada lantai ( titik poros). Ini menyebabkan berat total w yang bekerja pada titik berat tidak memiliki lengan momen (lengan momen = 0), sehingga menghasilkan torsi sama dengn nol (Ʃτ = 0). Akibatnya, sistem seimbang dan para pemain akrobat tidak mengalami torsi putar terhadap titik poros yang dapat menyebabkan mereka jatuh ke lantai.
- Posisi setimbang ( ƩFy = 0 ; ƩFx = 0 ; Ʃτ = 0 ).
Kita dapat memperbaiki stabilitas sebuah sistem dengan menurunkan pusat beratnya atau dengan memperluas dasar penompangnya.
Ketika seorang pesenam dalam aksi akrobat berada dalam posisi yang labil, ide pesenam untuk memperbaiki keseimbanganya ialah dengan membawa pusat beratnya sedekat mungkin dengan permukaan penompang. Karena Titik berat yang lebih dekat dengan dasar penombang lebih stabil dibanding bila titik beratnya tinggi.
Gambar (a) memiliki titik pusat berat lebih rendah dibanding dengan gambar (b). batang pada gambar (a) lebih stabil dibanding gambar (b).
( Tipler, 1991).
Ide selanjutnya yang dilakukan oleh para acrobat untuk mempertahankan kesetimbanganya adalah dengan memperluas penompang dasarnya. Hal ini yang dilakukan oleh para sirkus yang meniti tali kecil dengan membawa tongkat berat untuk menjaga posisi kestimbangannya.
DAFTAR REFERENSI
Tipler, Paul A.1998. FISIKA Untuk Sains dan Teknik.Jakarta : Elangga
:) mengapa tidak semua orang bisa melakukan hal tersebut meski telah mempelajarinya melalui fisika?